4 Tipe Experience Based Training & Development Program

Dalam beberapa kesempatan mempresentasikan proposal Program Team Building, ada permintaan dari klien untuk menghadirkan Trainer atau bahkan Motivator untuk mengisi salah satu sesi program Team Building. Hal ini ternyata juga dialami oleh rekan-rekan Provider Experiential Learning yang lain.

Permintaan ini agak aneh sebenarnya. Menggabungkan dua kegiatan yang memiliki fungsi yang sama dalam satu rangkaian program adalah hal yang tidak tepat guna. Pemborosan anggaran tepatnya. Seharusnya pilih salah satu saja, apakah program EL atau program Training Konvensional atau sesi Motivasi agar lebih efisien.

Experiential Learning muncul pertama kali dengan tujuan memberikan alternatif pembelajaran yang dianggap dan diyakini lebih baik dari metode pembelajaran konvesional yang ada pada saat itu yaitu Training kelas satu arah dengan Guru atau Trainer sebagai sumber pengetahuan utama (dydactic learning).

Metode Experiential Learning (EL) menjanjikan keterlibatan aktif peserta dengan membuat pengalaman peserta sebagai sumber pengetahuan yang dijadikan insight pembelajaran bagi pengembangan diri peserta. Dengan metode EL ini proses belajar akan lebih menarik minat belajar dan peserta akan merasa lebih memiliki (sense ownership) terhadap hasil belajarnya sehingga perubahan yang diharapkan muncul dari program pembelajaran akan bertahan sehingga pembelajaran akan lebih efektif.

Metode Experiential Learning diakui lebih efektif dibandingkan metode Training Konvensional bahkan oleh para Trainer, motivator dan beragam profesi pendidik yang lain. Buktinya metode EL diadopsi dalam Training dan pembelajaran kelas lain sehingga muncul Active Learning, Action Learning, Entertainment Training, Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan metode-metode ‘student-centered‘ yang lain. Maka dari itu, saya seringkali bingung kenapa klien memilih untuk menggabungkan program EL yang diakui lebih efektif dengan metode pembelajaran konvensional.

Saya menduga hal ini terjadi karena klien tidak tahu bahwa program Experiential Learning dan program Training Konvensional adalah barang subtitusi, yaitu dua buah barang yang fungsinya serupa dan dapat saling menggantikan satu sama lainnya. Seperti Beras dan Gandum, tinggal pilih yang sesuai kebutuhan dan selera.

Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan acuan kepada klien pengguna jasa Provider EL untuk mengetahui apa itu program EBTD, jenis-jenis program EBTD, tujuan dan peruntukan tiap jenis program EBTD, serta kesamaan dan keunggulan program EBTD dibandingkan program Training konvensional.

Semoga tulisan ini dapat memberikan pertimbangan yang tepat bagi perusahaan untuk menentukan program EBTD mana yang sesuai untuk pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia dalam Organisasinya.

Experience Based Training & Development

Pada tulisan saya sebelumnya mengenai 4 penerapan metode Experiential Learning , saya sudah menjabarkan salah satunya yaitu program Experience Based Training & Development (EBTD). Program EBTD muncul dengan istilah yang berbeda di beberapa negara. Di Inggris biasa disebut Outdoor Management Development (OMD), di Australia dikenal dengan istilah Corporate Adventure Training (CAT), ada juga yang menyebut dengan Outdoor Management Training, sedangkan di Indonesia pernah populer istilah Outbound Management Training (OMT).

Namun saya merasa istilah EBTD lebih tepat karena Experiential Activities yang digunakan tidak terbatas hanya pada aktivitas “outdoor” saja, tapi bisa berbentuk aktivitas “indoor” lain seperti board games, computer games, problem solving games, team building games, dan lain lain.

Secara singkat Program EBTD adalah sebuah penerapan metode Experiential Learning dengan penggunaan berbagai bentuk Experiential Activity yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas diri seseorang yang dikaitkan dengan tujuan pengembangan kapasitas organisasi. Program ini adalah program pengembangan SDM dengan tujuan utama adalah upaya Pengembangan Organisasi (Organizational Development) perusahaan. Program Team Building sebagaimana produk dari Duage Management adalah salah satu bentuk dari Program EBTD ini.

 

Program EBTD vs Program Training Konvensional

Program EBTD melibatkan peserta secara aktif dalam aktivitas Experiential yang memicu pembelajaran peserta secara internal. Dengan pendekatan yang tidak menggurui, peserta yang merupakan orang dewasa akan merasa lebih dipercaya untuk bertanggungjawab terhadap hasil belajarnya. Dengan dengan motivasi internal tersebut proses belajar akan menjadi lebih efektif dan diharapkan dapat memberikan hasil belajar yang lebih optimal dibandingkan metode training konvensional.

Program EBTD secara khusus memiliki tujuan pembelajaran untuk pengembangan kapasitas individu yang dapat bermanfaat pada upaya pengembangan organisasi. Berbeda dengan program training konvensional yang mungkin saja memiliki tujuan yang tidak berkaitan dengan tujuan pengembangan organisasi perusahaan.

Program EBTD membagi secara jelas Training dan Development sehingga perusahaan dapat memilih program mana yang paling tepat untuk tujuan pengembangan organisasinya. Berbeda dengan program Training konvensional yang hanya menawarkan program Training saja.

Simon Priest menjelaskan secara singkat perbedaan Training & Development. Menurut beliau Training adalah program pembelajaran yang bertujuan untuk “transfering specific ‘task-oriented’and same skill among similar settings”. Contohnya adalah mengetik laporan keuangan, melakukan percakapan melalui telepon untuk tele-marketer atau melakukan tugas customer service.

Sedangkan Development menutur Simon Priest adalah program pembelajaran yang melibatkan “involves transfering general ‘process-oriented’ learning and similar skills among very different settings”.Contohnya adalah Leadership Development, Communication Skills, dan Service Excellent.

Program EBTD memiliki 4 Tipe Program yang dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan oleh perusahaan yang terdiri dari program Recreational, Educational, Developmental dan Redirectional. Sedangkan program Training hanya menawarkan satu tipe saja.

 

4 Tipe Program Experience Based Training & Development

Simon Priest, membagi program EBTD menjadi 4 tipe yaitu Recreational, Educational, Developmental dan Redirectional berdasarkan tujuan perubahan yang diinginkan dari hasil pembelajaran.

  • Program EBTD tipe Recreational adalah program pembelajaran yang bertujuan untuk merubah perasaan dan memunculkan awareness peserta terhadap tujuan pembelajaran (change feelings). beberapa contoh tujuan program Recreational antara lain memberikan motivasi, hiburan, re-energize, mempelajari skill baru, dll).

Contoh: Perusahaan menggunakan Team Building Games dalam Employee Gathering untuk melibatkan peserta dalam aktivitas yang seru, menyenangkan meningkatkan motivasi, rasa kebersamaan dan kekeluargaan serta rasa memiliki terhadap perusahaan.

  • Program EBTD tipe Educational adalah program pembelajaran yang bertujuan untuk merubah perasaan dan pikiran (cara berpikir) peserta belajar mengenai sebuah hal yang menjadi tujuan dari program pembelajaran. Beberapa contoh tujuan program Educational ini antara lain untuk menumbuhkan awareness terhadap situasi atau target yang ingin dicapai oleh perusahan, memperkenalkan Nilai dan Budaya perusahaan yang baru, dll.

Contoh: Perusahaan menggunakan Team Building Games untuk melibatkan peserta dalam aktivitas yang seru, menyenangkan meningkatkan motivasi, rasa kebersamaan, kekeluargaan, rasa memiliki terhadap perusahaan dan memunculkan kesadaran serta mengetahui mengenai Nilai dan Budaya perusahaan yang baru.

  • Program EBTD tipe Developmental adalah program pembelajaran yang bertujuan untuk perasaan, pikiran (cara berpikir) dan perilaku (cara bertingkah laku) peserta belajar. Beberapa contoh tujuan program Developmental ini antara lain memingkatkan perilaku positif dalam perusahaan, meningkatkan kemampuan kerjasama, meningkatkan kapasitas leadership, dll.

Contoh: Perusahaan menggunakan Team Building Games untuk melibatkan peserta dalam aktivitas yang seru, menyenangkan meningkatkan motivasi, rasa kebersamaan, kekeluargaan, rasa memiliki terhadap perusahaan, memunculkan kesadaran dan mengetahui mengenai Nilai dan Budaya perusahaan yang baru dan kemudian membentuk Tim yang baru yang terdiri dari Agent of Change untuk mengimpelementasikan nilai dan budaya perusahaan yang baru.

  • Program EBTD tipe Redirectional adalah program pembelajaran yang bertujuan untuk perasaan, pikiran (cara berpikir), perilaku (cara bertingkah laku) dan terutama penolakan dalam diri peserta untuk merubah perilakunya. Beberapa contoh tujuan program Redirectional antara lain mengurangi perilaku negatif karyawan, mengurangi kecurigaan antar karyawan untuk meningkatkan rasa saling percaya, dll.

Contoh: Perusahaan menggunakan Team Building Games untuk melibatkan peserta dalam aktivitas yang seru, menyenangkan dan memiliki insight pembelajaran mengenai pentingnya untuk mengurangi rasa saling curiga antar karyawan sehingga dapat meningkatkan rasa saling percaya dan meningkatkan kinerja menjadi lebih efektif.

Penjelasan lebih rinci mengenai 4 Tipe program EBTD ini akan saya buat dalam tulisan selanjutnya.

Program Experiential Learning, terutama EBTD adalah pilihan yang paling tepat bagi perusahaan untuk mengembangkan kapasitas SDM nya agar sesuai dengan tujuan dan target pengembangan organisasi. Perusahaan dapat memilih salah satu dari 4 tipe program EBTD sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh perusahaan. Untuk memastikan perusahaan mendapatkan provider Experiential Learning yang tepat untuk menjalan program pengembangan SDM dan organisasinya, perusahaan dapat menggunakan jasa dari Provider EL yang telah terdaftar menjadi anggota Asosiasi Experiential Learning Indonesia (AELI)

5 Komentar
  1. Ini keren banget, mohon dapat memberikan pelatihan agar kami lebih dapat memahami dan mengerti lebih dalam. Sebelum kami memberikan materi ke customer.

    • Author
      Sekjen DPP AELI 5 tahun ago

      Malam mas Antonius.

      Terima kasih untuk apresiasinya.
      Mari gabung di AELI dan ikut workshopnya.

  2. Antonius Widiantoro 5 tahun ago

    Ini bagus banget, saya butuh pendalaman dan pelatihan, semoga saya berkesempatan belajar lebih lanjut.

  3. Dhika Widarnandana 5 tahun ago

    Terima kasih pak sharingnya, bermanfaat banget

  4. Hendro Haryono 2 tahun ago

    Kereeen banget kang Gigih materinya luar biasa. Thanks atas informasinya.
    Mohon Ijin menanggapi. Metode experiential learning merupakan salah satu metode terbaik dalam melakukan percepatan pemahaman belajar, itu sudah terbukti dan sangat diakui.

    Bicara klien yang ingin menghadirkan seorang trainer atau motivator dalam sebuah aktivitas team building, menurut pendapat saya karena masalah ” Trust” si klien terhadap apa atau siapa. Akan lebih efektif atau efisien apabila para Lead dan fasilitator memiliki kemampuan sebagai trainer atau motivator. Karena Bapaknya EL, David Kolb pun meminta para pendidik secara dinamis mampu berperan sebagai Fasilitator, Subject Expert (guru, trainer, instructor, ahli), Evaluator, dan Coach.

    Agar klien tetap setia dan tidak berpindah ke lain hati, mari kita tingkatkan skill para Fasilitator untuk menjadi seorang expert yang mampu menggunakan lebih dari satu metode secara dinamis.

Tinggalkan Komentar :

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Sekretariat Dewan Pengurus Pusat
Jalan Simpang Tiga Kalibata No. 01.A
Duren Tiga - Jakarta Selatan 12830 - INDONESIA
Telepon [62-21] 2208-3446
Email : [email protected], Milis AELI : [email protected].

Log in with your credentials

or    

Forgot your details?

Create Account