AELI hari ini sudah ada. Tapi apakah sudah terlihat? Sudah terdengar? Sudah dikenal dan diakui luas sebagai kekuatan penggerak pengembangan kapasitas bangsa? Itulah pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui arah strategis ke-3 dalam GBKO 2025–2028: Exposure.
Eksistensi Sudah Terbentuk, Tapi Posisi Belum Tegak
Dalam beberapa tahun terakhir, AELI berhasil menyelenggarakan program nasional seperti Indonesia Experiential Learning Conference (IELC) dan menjalin kolaborasi penting dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Ini pencapaian besar yang menunjukkan bahwa AELI bisa menembus level strategis nasional.
Namun Munas VII menyoroti satu fakta krusial: eksistensi AELI sudah terbentuk, tapi posisi brand-nya belum tegak.Banyak pihak mengenal AELI sebagai penyelenggara event, namun belum melihatnya sebagai otoritas utama experiential learning di Indonesia. Kita sudah aktif, tapi belum benar-benar terposisi.
Branding dan Komunikasi yang Belum Terintegrasi
Salah satu tantangan terbesar yang dicatat oleh Dewan Pembina adalah belum adanya strategi komunikasi terintegrasi. AELI aktif di banyak program, tapi pesan-pesan publiknya masih tersebar, tidak utuh, dan belum konsisten membangun citra yang khas.
Branding AELI juga belum dibangun berdasarkan positioning yang jelas. Apa perbedaan AELI dengan komunitas trainer lain? Apa kekuatan AELI dibanding asosiasi profesi lainnya?
Tanpa positioning yang tegas, publik hanya mengenal AELI sebagai “asosiasi yang mengadakan kegiatan”—padahal seharusnya lebih dari itu: asosiasi yang memimpin pemikiran, membentuk standar mutu, dan memajukan ekosistem experiential learning Indonesia.
Tujuan Strategis Exposure dalam GBKO
Agar transformasi ini terwujud, Munas VII menetapkan sejumlah tujuan strategis Exposure:
-
Meningkatkan media coverage AELI sebesar 60% per tahun
-
Meningkatkan jangkauan digital presence (followers, engagement, dan interaksi) hingga 150% dalam 2 tahun
-
Memperluas jejaring strategis dengan kementerian dan lembaga nasional lintas sektor
-
Mendapatkan pengakuan publik sebagai asosiasi terkemuka dalam bidang komunikasi dan advokasi pengembangan kapasitas manusia
Dari Promosi ke Pengaruh: Strategi AELI untuk Tampil di Depan
Munas VII mengamanatkan bahwa Exposure bukan sekadar promosi. Ini soal posisi dan pengaruh. Maka, strategi yang dirumuskan tidak hanya bersifat teknis (posting konten, publikasi berita), tapi menyangkut positioning narasi dan kemitraan jangka panjang.
Beberapa strategi besar yang tercantum dalam GBKO antara lain:
-
Menjadi anggota KADIN dan jejaring nasional lainnya
-
Menjalin kemitraan strategis dengan Kemenparekraf, Kemdikbud, dan Kemenko PMK
-
Membentuk tim komunikasi nasional yang mengatur tone of voice, desain, dan narasi tunggal AELI
Sebagai Amanat Munas, AELI Akan Menjalankan Program Prioritas Exposure Seperti:
-
Kampanye Nasional “AELI: Belajar Melalui Pengalaman” – membangun kesadaran publik tentang makna dan manfaat experiential learning
-
Kemitraan dengan media mainstream – liputan khusus tentang program, tokoh, dan dampak AELI
-
Kolaborasi dengan influencer pendidikan dan tokoh publik – memperluas audiens melalui pendekatan yang lebih dekat
-
Program EL Goes to Campus – memperkenalkan EL ke lingkungan pendidikan tinggi
-
Conference AELI tahunan – menjaga keberlanjutan eksistensi AELI di ruang nasional
-
Pengembangan konten media digital – video inspiratif, narasi pendek, mini podcast, hingga artikel populer
Bukan Sekadar Terlihat — Tapi Diakui dan Dicari
Tujuan akhir dari arah Exposure adalah membentuk persepsi publik yang kuat dan tepat tentang AELI. Kita tidak ingin hanya terlihat ramai. Kita ingin dianggap relevan, bermakna, dan dibutuhkan.
Ketika AELI punya wajah yang dikenal, suara yang didengar, dan reputasi yang diperhitungkan, maka jalan menuju pengaruh nasional akan terbuka lebih lebar.
Edisi Terakhir: Isu Lintas Sektoral – Dari Praktik ke Kebijakan
Di artikel pamungkas nanti, kita akan membahas pilar keempat: Isu Lintas Sektoral — bagaimana AELI mengambil peran strategis dalam kebijakan nasional melalui pendekatan experiential learning.
Sampai di sini, kita sudah punya sistem (Groundworks), sumber daya manusia (Level-Up), dan panggung publik (Exposure). Maka pertanyaan selanjutnya: apa yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi dalam pembangunan bangsa?