Sebuah organisasi besar tidak cukup hanya berjalan — ia perlu pondasi yang kokoh agar mampu melompat lebih jauh. Inilah yang menjadi fokus utama dari aspek pertama dalam GBKO AELI 2025–2028: Groundworks.
Munas VII AELI yang diselenggarakan pada Juni 2025 mencatat satu capaian mendasar yang akan menentukan arah organisasi ke depan: disepakatinya revisi AD/ART dan Peraturan Organisasi (PO). Ini adalah pembaruan fundamental yang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menjadi kerangka nilai dan etika baru dalam tata kelola AELI. Bersamaan dengan rumusan GBKO, pembaruan ini menjadi pijakan strategis untuk memperkuat fondasi organisasi — baik dari sisi aturan, struktur, maupun semangat kolektif yang menopangnya.
Dari Aturan ke Budaya Organisasi
Salah satu capaian monumental AELI dalam periode sebelumnya adalah tersusunnya dokumen Aturan Keorganisasian yang lengkap dan disahkan secara nasional di Rakernas 2024. Untuk pertama kalinya, AELI memiliki fondasi sistem yang utuh, mencakup struktur organisasi, mekanisme pengambilan keputusan, hingga standar administrasi internal.
Namun Munas VII mencatat satu tantangan besar: aturan yang sudah tertulis belum sepenuhnya menjadi budaya yang dihidupi. Banyak proses organisasi masih bergantung pada goodwill individu dan karisma personal. Agenda kegiatan berjalan bila ada tokoh yang menggerakkan, bukan karena sistem yang menopang.
Inilah yang disebut oleh Dewan Pembina sebagai “transisi dari dokumen ke budaya.” Artinya, AELI tidak cukup memiliki sistem di atas kertas. Ia harus menjelma menjadi pola kerja, kebiasaan baik, dan cara berpikir bersama.
Komunikasi, Sistem, dan Kemandirian
Arah kebijakan Groundworks juga menyoroti tiga kebutuhan mendasar dalam menguatkan organisasi: komunikasi yang konsisten, sistem yang profesional, dan kemandirian yang berkelanjutan.
Selama ini, komunikasi antara pusat dan daerah sering bersifat reaktif. Agenda berjalan berdasarkan momen, bukan siklus yang rutin. Hal ini membuat banyak DPD merasa berjalan sendiri-sendiri. Karena itu, GBKO mendorong terbentuknya forum komunikasi nasional DPP–DPD yang dilaksanakan secara reguler dan bermakna — bukan hanya formalitas, tapi menjadi ruang koordinasi, kolaborasi, dan saling menguatkan.
Dalam aspek sistem, AELI dituntut untuk lebih siap secara digital dan administratif. Data keanggotaan harus rapi dan bisa diakses. Proses pelaporan harus efisien dan terdokumentasi. Dan dalam hal keuangan, organisasi harus lepas dari ketergantungan pada iuran atau event sesaat.
Harus ada lompatan dalam membangun sumber daya yang otonom, seperti unit usaha konsultasi, layanan pelatihan, atau platform digital untuk menyokong roda organisasi.
Tujuan Strategis yang Ditetapkan
Agar arah kebijakan ini tidak berhenti sebagai wacana, Munas VII menetapkan sejumlah tujuan strategis yang terukur dan realistis, antara lain:
-
Meningkatkan jumlah anggota aktif dan terverifikasi sebesar 30% dalam 3 tahun
-
Mengembangkan sistem manajemen anggota berbasis digital paling lambat akhir 2026
-
Meningkatkan pendapatan non-iuran sebesar 25% per tahun melalui program inovatif
-
Menjalankan forum komunikasi DPP–DPD setiap 3 bulan sekali secara konsisten
-
Menyusun dokumen strategis jangka panjang “AELI Emas 2045” sebagai panduan masa depan organisasi
Semua tujuan ini bukan untuk membebani organisasi, melainkan untuk memastikan bahwa AELI benar-benar bergerak ke arah yang lebih profesional, transparan, dan sistematis.
Menyiapkan Fondasi untuk Lompatan Besar
Groundworks menjadi prasyarat bagi keberhasilan tiga pilar lainnya. Kita tidak bisa bicara peningkatan kapasitas (Level-Up), pengaruh publik (Exposure), atau peran dalam kebijakan (Advokasi), jika dasar organisasinya masih rapuh.
Ibarat rumah, Groundworks adalah pondasi. Pondasi inilah yang memastikan bahwa bangunan bisa berdiri kokoh, bisa diperluas tanpa runtuh, dan mampu menahan guncangan.
Karena itu, pekerjaan Groundworks adalah pekerjaan jangka panjang — sering kali sunyi, tapi berdampak besar. Butuh konsistensi, kesabaran, dan komitmen dari semua elemen organisasi: dari DPP yang menyusun sistem, DPD yang menghidupkan forum komunikasi, hingga anggota yang terus memberi kontribusi dan masukan.
Contoh Inisiatif dari Amanat Groundworks
Sebagai bagian dari GBKO, beberapa inisiatif konkret yang akan digulirkan antara lain:
-
Pengembangan aplikasi anggota AELI yang terintegrasi: satu pintu untuk database, pelatihan, dan komunitas daring
-
Penyusunan dan penegakan SOP nasional dalam aspek keuangan, legal, dan administrasi
-
Pembentukan unit usaha/layanan konsultasi AELI untuk penyediaan program experiential learning berbasis standar mutu AELI
-
Peluncuran Forum Komunikasi Nasional AELI setiap triwulan yang mempertemukan DPP–DPD–Anggota
-
Penyusunan dokumen AELI Emas 2045 sebagai strategi jangka panjang dan warisan kepemimpinan organisasi
Mari Bangun AELI Bersama
Groundworks adalah kerja diam-diam yang menentukan. Ia tidak selalu tampak di permukaan, tapi akan terasa dampaknya di setiap proses organisasi.
Dengan menguatkan pondasi, AELI bukan hanya siap menghadapi tantangan masa kini — tapi juga siap menjawab tantangan masa depan. Inilah tanggung jawab kita bersama.
Edisi Berikutnya: Level-Up!
Di artikel selanjutnya, kita akan membahas pilar kedua: Level-Up – Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Anggota. Apa strategi AELI untuk menjawab kebutuhan fasilitator dan provider di seluruh Indonesia? Bagaimana kita bisa melayani Anggota Perorangan dan Anggota Lembaga secara setara dan berkeadilan?
Nantikan ulasannya di kanal resmi AELI.